Perempuan kunang-kunang putih
Aku hidup di kegelapan malam. yang hitam aku muncul di
sengak-sengak bagai tak ada satupun sinar menerangiku. tapi sungguh sempurna
hidupku, karena aku tercipta bercahaya, meskipun
tak ada benda satupun yang dapat menerangiku tapi aku dapat menerangiku dengan
cahayaku sendiri.
Dengan keputihan warna kulitku, dengan keelokan senyumanku, dengan
kebaikan hatiku orang-orang menyukaiku bukan hanya itu, aku mampu menerangi semua yang kusam
kusam karena keyakinan aku mampu menjadi penerang di kegelapan malam.
Di malam hari aku menjadi guru di musola, dimana aku memberikan
ilmuku yang sedikit ini kepada anak-anak yang kurang mampu, untuk belajar agama
dan belajar umum karena biaya di desaku, hidup serba kekurangan yang sangat
tidak adil, untungnya aku pernah di biayai belajar oleh Pamanku di pesantrenkan,
di salah satu pondok selama 3 tahun tapi sayang keluargaku tak ada satupun yang
beragama. dengan sungguh kadang melaksanakan perintah, bahkan sama sekali tidak
bisa berbuat apa – apa karena watak keluargaku. keras aku tiap malam bangun
untuk memohon kepada yang kuasa, agar kelak nanti semua keluargaku di beri
hidayah.
Aku hanya bisa terbang kesana kemari, dengan menyinari pohon di
sekelilingku yang gelap, gersang tak
mampu menyinari dirinya sendiri, tapi aku menyukainya karena di sititulah Aku
berpijak dan mengayomi. andai aku semua itu bisa menyalurkan diriku yang
bersinar untuk di berikan kepada pohon-pohon yang gersang, gelap itu.
Terseok-seok ku bawa nasib baik ku ini. tapi satu hal yang membuat
sedih kenapa hanya aku yang dapat bersinar kenapa tidak di sekelilingku juga.
merasakan untuk menyinari dirinya sendiri. Apakah itu bertanda aku mampu untuk
menyinari diriku dengan semua yang di sekelilingku juga.
Aku
terus mengayomi keluargaku, dengan ilmu agamaku siang malam aku berdo’a agar
kelak keluargaku di beri hidayah oleh yang kuasa, aku sadar diri ini siapa aku
hanya orang biasa, yang di beri kekuasaan untuk mengenalmu, tuhan yang maha
esa lewat al qur’an dan agamaku, lewat
kuasamu aku juga dapat memberikan nafkah pada keluargaku dengan bekerja di toko
kitab agama. Tapi Aku sering beda fikiran itupun karena Aku sering
menyinggung-nyinggung tentang agama.
Hujan pun begitu deras, seakan akan aku takut untuk keluar di bawah
pohon yang besar aku berlindung, hujan pun reda tak lama kemudian siang pun
Nampak, 2 hari suasana begitu dan bagus untuk pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dan
ternyata pohon yang biasa aku tempati setiap malam begitu rindang bagus, berbunga
dan di pagi hari Nampak menampakkan sinarnya yang di barengi dengan keluarnya
sinar matahari yang bersinar terang.
Seuasai aku pulang kerja, aku Nampak terkejut bahkan terbelongo
heran karena, keluargaku yang di sertai ayah, ibu dan adikku sholat berjama’ah
bersama. tak di sangka air mata ku menetes melihat keterkejutan itu aku pergi
ke kamar mandi, wudhu, sholat dan sujud
sukur karena melihat hal yang aku tungu itu muncul juga yaitu hidayah Allah
yang tak ternilai harganya, aku menangis terisak-isak merangkul semua keluargaku.
Tak
di sangka kesabaranku selama ini berbuah manis karena keluargaku dapat seiman
denganku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar