Salam kenal/tobat
Setelah
kejadian itu aku mengerti dia begitu sempurna dengan kekurangannya.aku
mengenalnya karena aku berada di posisi yang sama.kesempurnaan hanya milik
allah tak ka nada yang mampu menandingi apa yang telah allah kuasakan karena
aku yakin dibalik kelemahan pasti ada perbedaan yang mampu memunculkan
kelebihan.dan itu kini terjadi pada laki laki yang baru 1 minggu aku
mengenalnya.Panggil saja rahman biasa dipanggil kang rahman memanggilnya butuh
kesabaran yang karena dibalik kesabaran dan ketampanannya dia memiliki sedikit
bermasalah dengan kedua telinganya.aku mengenalnya karena aku cemburu apa yang
menyebabkan dia mudah untuk bergaul dengan orang lain dan disukai oleh orang
lain? Pada hal dia memiliki keterbatasan yang tidak dimiliki oleh orang lain?
Ketika sabtu lalu setelah aku
menemui dia di toko bunga tak sengaja aku melihatnya matanya seolah olah
berbicara padaku entah apa sampai sampai membuatku bermimpi.setelah kejadian
itu tepatnya aku bertemu dengan dia lagi di salah satu organisasi pembinaan SLB
dan tak sengaja dia sudah mengenalku lewat jaket yang aku pakai.selang beberapa
hari kemudian aku juga bertemu dengannya lagi entah tidak disengaja kali ini
aku bertemu dengannya tidak sendiri dia membawa anak kecil yang aku lihat dia juga
memiliki keterbatasan yang sama bedanya dia tak mampu melihat dengan jelas kaki
kirinya tak mampu berfungsi dengan sempurna.
“sita kali ini memang kita jodoh tanpa ada janji kita
dipertemukan lagi”
“iya
kang….ngomong ngomong kang rahman bawa sapa?”tanyaku
“salah
satu malaikat kecilku,ade kenalkan dirimu pada kak sita”menyodorkan tangan ade
“namaku
aadje “dengan sedikit agak pelo
“beginilah
keadaanku sita merawat malaikat allah ade adalah salah satu anak yang kami
didik di SLB ini kamu tahu apa yang membuat aku bertahan merawat mereka?
Aku
menggelengkan kepalaku seraya berjalan melewati taman untuk mencari tempat
duduk
“disini
aja kang “
“coba
kamu sekarang tanyak sama ade apa cita citanya”
“ade
eghmn……kak sita boleh Tanya ade kalau besar pingin jadi apa?”
“jadi
dokter…supaya gak ada yang sakit dan bisa main sama ade he..he”
Senyumnya
begitu polos tanpa ada alas an pembicaraan kami lanjut
“itulah
anak kecil dia selalu berharap tanpa ada batas padahal kita tahu ade meliki
keterbatasan yang cukup berat untuk berada pada posisi mencapai mimpinya,tapi
semangatnya begitu tinggi setiap hari dia selalu membaca apa yang dia bisa
baca,itu yang membuat ku mengerti tentang hidup yang sebenarnya hanya saja kita
mudah sekali berkata tidak padahal dari kata tidak muncul seribu kesuksesan
yang tak bisa difikikan dengan rasional saja”
Ya
allah aku baru menyadari hal yang ku alami saat ini kang rahman,ade,kak evan
mereka semua memilik keterbatasan tapi semangatnya melebihi dari orang yang
normal lantas seperti aku….apa yang telah aku perbuat selama ini.ya allah aku
tahu selama ini kau menegurku dengan lingkunganku yang seperti ini tapi mengapa
baru saat ini aku menyadari akan hal ini ya allah pantaskah aku disebut orang
yang bersyukur dengan nikmat yang engkau berikan pada ku ini?. Tak sadar aku
meneteskan air mata mengingat itu aku langsung mengusap pipiku dengan sapu
tangan yang sudah ada di tasku.
“kalau
boleh tahu sita kegiatannya apa saja selain kuliah?”
“ya
gak ada mungkin Cuma belajar di lab,perpus ya yang berkaitan dengan dunia
kedokteran”
“kalau
boleh saya saranin gabung dengan kami hitung hitung berbagi ilmu dan cari
pengalaman”
“boleh…..eghmkn
lokasinya dimana kang,tapi apa yang bisa saya ajarkan saya tak punya
keterampilan,bahkan gak punya bakat pendidik”
“udah
jalanin aja yang penting diawali dengan niatan yang baik insyaallah semua akan
mudah kita lewati”
“amin,insyaallah
ya ade”menyentuh ade tak sengaja ade membalas dengan senyum manisnya
Kita berjalan menuju sekolah
luar biasa yang kulihat disini hanya anak anak yang butuh perhatian,tak terasa
kita telah melewati beberapa kelas aku melihat dari mata mereka semangat yang
tinggi mencoba mengingatkan ku tentang kak evan.aku memasuki kelas yang sedang
diajar oleh salah satu pembimbing disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar