Kelas : 3B
Tugas
: Teori Jurnalistik
|
PEKALONGAN
KOTA BATIK, SELAMAT DATANG DI KABUPATEN PEKALONGAN, kota mungil yang terletak
disebelah selatan Jawa Timur ini. Pekalongan Jawa Tengah. Jika dibicarakan
budaya jawa tidak akan pernah ada habisnya, serta tradisi yang masih tumbuh
subur dan Jawa identik dengan klenik.
Dundunan
begitu masyarakat pekalongan
menyebut atau yang biasa di kenal dengan sebutan Turun Tanah. Tradisi jawa yang
dilakukan untuk menyambut usia 7 bulan pada seorang bayi. Sesuai namanya dundunan
untuk pertama kalinya bayi menginjak tanah, tradisi sakral yang hingga kini
masih dilestarikan oleh masyarakat Pekalongan dan masyarakat jawa lainnya
seperti Solo dan Yogyakarta dengan sebutan nama yang berbeda dan juga proses
yang berbeda pula.
Dalam
prosesnya, sebelum acara dimulai bayi akan dimandikan oleh dukun bayi,
air yang digunakan untuk memandikan dicampur dengan kembang boreh,
berbagai jenis bunga dan dedaunan. Tokoh agama serta anak-anak menjadi tamu
dalam acara tradisi dundunan ini, sedangkan tokoh agama diminta untuk
membacakan dzikir dan doa bersama.
Setelah
doa selesai, bayi dimasukkan kedalam kurungan yang terbuat dari pringberbentuk setengah bulatan dan
memiliki celah dan biasanya dihiasi sesuai dengan keinginan kedua orang tuanya
atau bisa dihias dengan sesuai jenis kelamin si bayi. Didalamnya sudah disediakan tampah yang juga terbuat dari pring yang dianyam. Yang berisi seperti buku, bolpoin,
jagung, padi, tasbih AL- Qur’an dan uang, disitulah bayi dibiarkan untuk mengambil
apa yang sudah ada didepannya, apa yang diambil sang bayi, konon ceritanya itu
akan menjadi awal dari masa depan sang bayi.
Apabila si bayi mengambil buku konon
kelak akan menjadi seorang guru atau dosen, apabila si bayi mengambil tasbih
atau AL-Qur’an kelak akan menjadi kyai jika si bayi mengambil jagung kelak akan
menjadi petani yang sukses begitupun dengan uang jika si bayi mengambil uang
maka kelak akan menjadi bos.Proses ritual selanjutnya adalah bayi dibiarkan
bercenggrama bersama anak-anak kecil sedangkan tokoh masyarakat membacakan doa
penutup serta menikmati hidangan dari tadisi dundunan ini.
Makna dari dundunan tersebut
adalah bahwa bayi sudah diperbolehkan menyentuh tanah dan bermain dengan
anak-anak sebayanya. Selepas dari makna dundunan tersebut si bayi yang
sudah melalaui tradisi tersebut sudah boleh digendong dengan cara di pengkeh.Diakhir
acara anak-anak yang sudah datang akan dibagikan uang koin serta diberi bobor
candel tersebut dengan menggunakan wadah mangkuk. Sedangkan untuk
tokoh masyarakat hanya diberi bobor candel saja.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar