SALJU

Jumat, 05 Juni 2015

dundunan ala pekalongan

Nama          : Ema Isroul Khasanah (2130710057)
Kelas          : 3B
Tugas         : Teori Jurnalistik


DUNDUNAN ALA PEKALONGAN

PEKALONGAN KOTA BATIK, SELAMAT DATANG DI KABUPATEN PEKALONGAN, kota mungil yang terletak disebelah selatan Jawa Timur ini. Pekalongan Jawa Tengah. Jika dibicarakan budaya jawa tidak akan pernah ada habisnya, serta tradisi yang masih tumbuh subur dan Jawa identik dengan klenik.

Dundunan begitu masyarakat pekalongan menyebut atau yang biasa di kenal dengan sebutan Turun Tanah. Tradisi jawa yang dilakukan untuk menyambut usia 7 bulan pada seorang bayi. Sesuai namanya dundunan untuk pertama kalinya bayi menginjak tanah, tradisi sakral yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat Pekalongan dan masyarakat jawa lainnya seperti Solo dan Yogyakarta dengan sebutan nama yang berbeda dan juga proses yang berbeda pula.
Dalam prosesnya, sebelum acara dimulai bayi akan dimandikan oleh dukun bayi, air yang digunakan untuk memandikan dicampur dengan kembang boreh, berbagai jenis bunga dan dedaunan. Tokoh agama serta anak-anak menjadi tamu dalam acara tradisi dundunan ini, sedangkan tokoh agama diminta untuk membacakan dzikir dan doa bersama.

Setelah doa selesai, bayi dimasukkan kedalam kurungan yang terbuat  dari pringberbentuk setengah bulatan dan memiliki celah dan biasanya dihiasi sesuai dengan keinginan kedua orang tuanya atau bisa dihias dengan sesuai jenis kelamin si bayi. Didalamnya sudah disediakan  tampah yang juga terbuat dari pring  yang  dianyam. Yang berisi seperti buku, bolpoin, jagung, padi, tasbih AL- Qur’an dan  uang, disitulah bayi dibiarkan untuk mengambil apa yang sudah ada didepannya, apa yang diambil sang bayi, konon ceritanya itu akan menjadi awal dari masa depan sang bayi.
Apabila si bayi mengambil buku konon kelak akan menjadi seorang guru atau dosen, apabila si bayi mengambil tasbih atau AL-Qur’an kelak akan menjadi kyai jika si bayi mengambil jagung kelak akan menjadi petani yang sukses begitupun dengan uang jika si bayi mengambil uang maka kelak akan menjadi bos.Proses ritual selanjutnya adalah bayi dibiarkan bercenggrama bersama anak-anak kecil sedangkan tokoh masyarakat membacakan doa penutup serta menikmati hidangan dari tadisi dundunan ini.
Google.com
Hidangan ini yang menjadi pembeda dari tradisi jawa yang satu ke yang lainnya, hidangannya berupa bobor candel bubur yang hanya ada saat acara tradisi dundunan tersebut, kenapa dinamakan bobor candel karena candel menurut orang jawa adalah identik dengan yang kecil-kecil.Bobor candel yang terbuat dari beras ketan yang dibentuk menjadi bulatan kecil kemudian di campur dengan kuah santan kental serta bercampur gula merah yang memiliki aroma wangi dari daun pandan.Bobor candel tersebut akan dibagikan kepada orang-orang satu desa, yang dibungkus dengan plastik ini menunjukan bahwa bayi tersebut sudah selesaidundunandan umurnya sudah menginjak 7 bulan .
Makna dari dundunan tersebut adalah bahwa bayi sudah diperbolehkan menyentuh tanah dan bermain dengan anak-anak sebayanya. Selepas dari makna dundunan tersebut si bayi yang sudah melalaui tradisi tersebut sudah boleh digendong dengan cara di pengkeh.Diakhir acara anak-anak yang sudah datang akan dibagikan uang koin serta diberi bobor candel tersebut dengan menggunakan wadah mangkuk. Sedangkan untuk tokoh masyarakat hanya diberi bobor candel saja.

Ini hanyalah sebagian dari tradisi budaya Jawa dan khususnya Kota Batik Pekalongan, keanekaragaman budaya dari Sabang sampai Merauke menjadikan Indonesia semakin kaya. Tradisi ini kita kembalikan kepada diri kita masing-masing untuk mempercayainya atau tidak selagi tradisi itu masih bisa diambil sisi positifnya dan kita diharuskan untuk saling menghormati tradisi-tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang terdahulu kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar